🌼🍄🌈 LAPORAN PRAKTIKUM :
LUMUT
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tumbuhan lumut merupakan kelompok tumbuhan yang pertama dapat beradaptasi dengan lingkungan darat, hal ini karena mereka mempunyai organ-organ menghisap air dari tanah, perlindungan terhadap kekeringan serta susunan sel-sel untuk mengangkut makanan. Lumut memiliki distribusi yang bersifat kosmopolitan, karena tersebar secara luas mulai dari daerah kutub, boreal, subtropik sampai daerah tropik. Lumut merupakan golongan tumbuhan yang termasuk dalam kelompok Cryptogamae dan mempunyai struktur yang sederhana (primitif) sehingga secara filogeni dianggap sebagai tumbuhan tingkat rendah. Kedudukan tumbuhan lumut dalam filogeni tumbuhan adalah diantara tumbuhan alga dan tumbuhan paku.
Lumut adalah golongan tumbuhan yang termasuk ke dalam kelompok Cryptogamae yakni kelompok tumbuhan yang mempunyai alat reproduksi seksual tersembunyi. Lumut adalah kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dan meninggalkan lingkungan perairan namun tetap memerlukan air untuk melakukan proses fertilisasi. Tumbuhan lumut sudah mempunyai struktur tubuh untuk penyesuaian hidup di lingkungan hidup daratan. Kelompok tumbuhan lumut tumbuh umumnya pada habitat peralihan dari habitat perairan (akuatik) ke habitat daratan (terestrial) sehingga disebut sebagai tumbuhan amfibi. Kelompok tumbuhan lumut menunjukkan ciri peralihan antara bentuk talus dengan bentuk kormus, meskipun sebagian tumbuhan lumut mempunyai struktur tubuh yang dapat dibedakan menjadi akar, batang, dan daun, namun lumut belum mempunyai akar, batang, dan daun yang sesungguhnya.
2. Tujuan
Mempelajari Lumut Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan lumut termasuk divisi Bryophyta yaitu golongan tumbuhan talus yang dalam susunan tubuhnya sudah terdapat penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, serta dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada tumbuhan lumut utamanya adalah pada arkegonium yang berbentuk seperti botol dan terdiri atas bagian perut dan bagian leher. Tumbuhan lumut mempunyai siklus hidup, yakni generasi haploid (gametofit) dan generasi diploid (sporofit) yang bergiliran secara teratur.
Bryophyta merupakan kelompok tanaman khas pada lahan hijau. Divisi Bryophyta dikelompokkan menjadi, lumut daun (Bryopsida atau Musci), lumut hati (Hepaticopsida atau Hepaticae), dan lumut tanduk (Anthocerotopsida atau Anthocerotae). Ketiga kelas membentuk kelompok besar, dengan kesamaan sejumlah fitur yang khas untuk memisahkan mereka dari tanaman vaskular. Bryophyta memiliki fase abadi, yaitu fisiologis seksual (gametofit) dari siklus hidupnya, dibandingkan dengan gametofit parasit pada tumbuhan vascular (Hallingback dan Hodgetts, 2000).
Siklus hidup pada tumbuhan lumut menunjukkan pola yang sama dengan ganggang dan berlanjut sampai pada tumbuhan tingkat tinggi. Suatu generasi gametofit kemudian dilanjutkan dengan generasi sporofit (Tjitrosomo, 1984). Gametofit adalah tanaman yang menempel pada substrat dengan rhizoid yang mirip seperti rambut. Dalam lumut daun dan lumut hati, gametofit umumnya berdaun, sedangkan pada beberapa lumut hati dan lumut tanduk kebanyakan dalam bentuk thallus seperti bentuk tali. Organ kelamin jantan (antheridium) adalah kantung kecil yang memproduksi banyak sperma motil, sementara organ kelamin betina (arkegonium) adalah struktur yang berbentuk tabung berisi telur tunggal yang non-motil. Bryophyta juga mereproduksi vegetatif dengan fragmentasi, juga produksi gemma kecil (Hallingback dan Hodgetts, 2000).
Divisi Bryophyta dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut daun (Bryopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida) (Tjitrosomo, 1984).
III. METODOLOGI PELAKSANAAN
1. Alat dan bahan
2. Metodologi Praktikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
Praktikum Lumut bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari ciri-ciri Lumut Hepaticopsida, Anthocerotopsida dan Bryopsida dengan pengamatan yang dilakukan pada berbagai contoh Lumut, dengan menggunakan loup pembesaran 20 kali.
Hepaticopsida berasal dari kata hepatica yang artinya hati, sehingga disebut juga dengan nama lumut hati. Kelas ini mempunyai ciri-ciri antara lain, gametofit yang berwarna hijau, pipih, dapat dibedakan antara sisi dorsal dan sisi ventral (dorsiventral), dan menempel pada tanah dengan risoid. Struktur talus ada yang sederhana hanya berupa lembaran, dan juga ada yang sudah dibedakan atas bagian-bagian yang menyerupai batang dan daun-daun. Sporofit atau sporogonium tidak memiliki sel-sel yang mengandung kloroplas, terdiri atas bagian kaki, tangkai (seta) dan kapsul spora, namun pada golongan lumut hati yang masih primitif, bagian kaki dan seta ini tidak ada. Lumut hati tidak membentuk protonema. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak atsiri. Lumut hati dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan cara seksual. Cara berkembang biak aseksual yaitu dengan, fragmentasi, pembentukan kuncup eram (gemma), pembentukan tunas cabang, pembentukan umbi (tuber), penebalan ujung talus, dan daya regenerasi. Sedangkan, cara berkembang biak seksual ialah apabila terjadi persatuan antara gamet jantan dan gamet betina maka dapat terjadi sporofit yang akan membentuk banyak spora.
Kelas Anthocerotopsida mempunyai ciri-ciri, yakni gametofit berupa talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, dorsiventral, dan dapat tumbuh melekat pada tanah dengan perantaraan rizoid. Sporofit terdiri atas kaki dan kapsul yang menyerupai tanduk sehingga lumut ini disebut juga dengan lumut tanduk. Lumut tanduk ada yang homotalik dan ada yang heterotalik. Gametangium terdapat di dalam suatu lekukan pada sisi dorsal talus. Struktur anatomi talus pada lumut tanduk tidak terdapat diferensiasi sel-sel jaringan penyusunnya kecuali sel-sel epidermis yang ukurannya lebih kecil dan tersusun lebih teratur, tiap sel mengandung satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar. Pada sisi ventral talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal. Stoma tersebut hampir selalu terisi oleh lendir dan dengan melalui stoma tersebut, lumut tanduk dapat masuk koloni ganggang hijau biru Nostoc. Anthocerotopsida juga dapat berkembang biak secara aseksual seperti pada Hepaticopsida yaitu dengan fragmentasi, pembentukan gemma, pembentukan umbi (tuber), dan apospori. Anthocerotopsida hanya terdiri atas satu bangsa Anthocerotales dan dua suku yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae.
Bryopsida merupakan kelas yang paling besar dibanding anggota Bryophyta lainnya dan paling tinggi tingkat perkembangannya oleh sebab gametofit maupun sporofitnya sudah mempunyai bagian-bagian yang lebih kompleks. Gametofit dari lumut daun dibedakan dalam dua tingkatan yaitu protonema yang terdiri atas benang bercabang-cabang, dan gametofora yang berbatang dan berdaun. Sporogonium dari lumut daun terdiri atas bagian kaki, seta, dan kapsul. Selanjutnya bagian kapsul mempunyai bagian-bagian yang dinamakan dengan apofise, kotak spora atau teka, dan tutup atau operkulum. Para ahli bryologi membagi Bryopsida menjadi tiga anak kelas yaitu Sphagnidae, Andreaeidae, dan Bryidae. Perbedaan dari ketiga anak kelas tersebut utamanya ada pada struktur anatomi sporogoniumnya. Beberapa cara perbanyakan vegetatif pada Bryopsida adalah dengan; 1) pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang- cabang apabila cabang tersebut terpisah dari batang pokok, maka dapat membentuk individu baru, 2) pembentukan stolon dari pangkal batang. 3) protonema primer yang berasal dari perkecambahan satu spora dapat membentuk beberapa tunas untuk kemudian tumbuh menjadi tumbuhan lumut yang berdaun. 4) tumbuhan lumut mempunyai daya regenerasi yang besar dan dari setiap bagian dari tumbuhan lumut baik batang, daun maupun protonema dalam kondisi lingkungan yang sesuai dapat berkembang menjadi benang-benang yang hijau seperti ganggang, bercabang-cabang dan dinamakan protonema sekunder, 5) melalui pembentukan umbi (tuber) pada protonema atau pada rizoid. dibentuk kuncup (gemma), 6) apospori.
V. KESIMPULAN
Tumbuhan lumut termasuk ke dalam golongan yang mempunyai alat reproduksi seksual tersembunyi. Apabila didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan lumut tergolong tidak mempunyai sistem pembuluh (non vaskular). Tumbuhan lumut mempunyai perkembangbiakan vegetatif dan termasuk tumbuhan berspora. Sebagian dari tumbuhan lumut mempunyai tubuh berupa talus (yang masih tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun), sehingga ditempatkan sebagai tumbuhan tingkat rendah.
Tumbuhan lumut terdiri atas dua kelompok besar yaitu Hepaticeae dan Musci. Hepaticeae atau lumut hati (liverworts) biasanya tumbuh pada pohon sebagai epifit atau pada daun sebagai epifil, dengan struktur tubuh yang higromorf atau xeromorf. Sedangkan Musci atau lumut daun (mosses) dapat berupa tumbuhan hidrofit, xerofit maupun mesofit.
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan mengenai lumut Hepaticopsida, Anthocerotopsida dan Bryopsida telah diketahui bahwa: spesimen Marchantia polymorpha, Dumortiera hirsuta, Frullania tamarisci, Lejeunea trinitentis, Cheilolejeunea trapezia, Plagiochila fasciculata, Cheilolejeunea ceylanica, dan Cheilolejeunea osumensis adalah termasuk lumut Hepaticopsida; spesimen Anthoceros sp. adalah termasuk lumut Anthocerotopsida; sedangkan spesimen Barbella rufifolioides, Bryum sp., Funaria hygrometrica, Leucobryum sp., Isopterygium textorii dan Ptychostomum capillare adalah termasuk lumut Bryopsida.
Daftar Pustaka
Sabbithah, S. dan Untari. L. F. (2008). Buku Petunjuk Praktikum Fikologi. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Siregar H. (2010). Keanekaragaman Lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli, Sumatera Utara. Skripsi Sarjana. Program studi Biologi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Indonesia.
Smith, G.M. (1995). Cryptogamic Botany, Vol. II, Bryophyta and Peridophyta. Tokyo: MC. International Student Edition Kogakusha Company, Ltd.
Sujadmiko, H. (2007). Bahan Ajar Mata Kuliah Biologi. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Sujadmiko, H. (2003). Buku Petunjuk Praktikum Briologi. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Sujadmiko, Heri, dkk. (2015). Praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sujadmiko, Heri; Sulastri, Sri dan Sabbithah, Susarsi. (2015). Taksonomi Tumbuhan Rendah. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sulastri, S. (1999). Taksonomi Tumbuhan I Bagian 2 Bryophyta & Pterydophyta. Yogyakarta: Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM.
Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Tallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press.
Tomas, Hallingback, Nick, Hodgetts. (2000). "Mosses, Liverworts,and Hornworts”. United Kingdom: Information Press Oxford.6 (01).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar