2022-03-08

STRUKTUR BIJI KACANG MERAH

 

🐰🍒🥦 STUDI : BIJI KACANG MERAH (EMBRIOLOGI TUMBUHAN)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk: (1) mengamati dan mengetahui struktur dari bagian-bagian biji kacang merah atau Phaseolus vulgaris, (2) mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh biji kacang merah.

Kacang Merah PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada biji kacang merah memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe dengan perbesaran 30x
b. Pinset
c. Gunting/Silet/Cutter
d. Jarum jara
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Biji sampel (biji kacang merah) yang telah disiapkan (direndam air selama kurang lebih satu jam agar bagian-bagian biji mengembang dan terlihat lebih jelas sehingga mudah diamati) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari biji sampel tersebut diamati.
c. Selanjutnya, biji dibelah dengan menggunakan gunting atau silet atau cutter dengan hati-hati, agar struktur bagian dalam biji tidak rusak.
d. Alat bantu loupe dengan perbesaran 30x digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu yang kecil.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi bagian-bagian dari biji tersebut, seperti: testa, mikropil, rafe dan lain sebagainya.

I. PENGAMATAN STRUKTUR YANG TAMPAK DARI LUAR BIJI KACANG MERAH

    Buah dari kacang merah (Phaseolus vulgaris) sebenarnya merupakan polong. Buah kacang merah tersebut memiliki biji didalamnya. Biji kacang merah memiliki bentuk bulat oval yang agak sabit. 

Kacang Merah II PSYCHESOUPE

    Biji kacang merah memiliki testa atau kulit biji yang berwarna merah. Pada biji sampel, warnanya memiliki variasi merah lurik. Testa tersebut memiliki fungsi untuk melindungi struktur dalam biji. Testa merupakan organ yang awalnya berkembang dari satu atau dua integumen. Kemudian disisi biji, terdapat tiga bagian yang tampak, di antaranya adalah mikropil, hilum dan rafe. Mikropil merupakan sebuah lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuknya tabung polen. Mikropil terlihat seperti sebuah pori kecil pada biji. Apabila biji akan berkecambah, maka lubang mikropil akan digunakan sebagai tempat keluarnya radikula untuk pertama kali. Hilum merupakan bagian yang berkembang dari funikulus atau merupakan bagian bekas tempat melekatnya funikulus/tangkai biji. Sementara rafe merupakan bagian yang menonjol/tonjolan pada tepi hilum. Akan tetapi letak rafe berlawanan dengan mikropil.


II. PENGAMATAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BIJI KACANG MERAH

Kacang Merah III PSYCHESOUPE

    Biji kacang merah tidak memiliki endosperm didalamnya. Jika testa atau biji kacang merah di kelupas atau dilepaskan, maka struktur yang terlihat adalah embrio. Didalam embrio terdapat bagian yang disebut dengan taruk (shoot). Taruk tersebut terdiri atas dua buah kotiledon. Selain itu terdapat dua buah sumbu, yakni hipokotil dan epikotil. Hipokotil merupakan sumbu pendek yang berada di bawah kotiledon. Sedangkan, epikotil merupakan sumbu pendek yang berada di atas kotiledon. Terakhir, adalah bagian yang disebut dengan kotiledon. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan yang apabila biji berkecambah, kotiledon akan menjadi cikal bakal daun.


III. KESIMPULAN

    Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) sampel memiliki testa berwarna merah lurik. Biji kacang merah tidak memiliki endosperm. Sehingga apabila kulit biji di kelupas akan nampak langsung bagian embrionya. Bagian embrio terdiri atas taruk, epikotil, hipokotil dan kotiledon. Salah satu sisi biji kacang merah memiliki bagian-bagian, diantaranya adalah mikropil, hilum dan rafe.


Daftar Pustaka

Iriawati; Suradinata, Tatang; Faisal, Ahmad. (2016). Praktikum Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-07

STRUKTUR MODIFIKASI : BUNGA KRISAN

 

🐰🍒🥦 STUDI : BUNGA KRISAN (EMBRIOLOGI TUMBUHAN)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk: (1) mengamati dan mengetahui struktur bagian-bagian bunga dari tumbuhan suku Asteraceae tepatnya adalah bunga Krisan atau Chrysanthemum morifolium, (2) mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh bunga krisan yang telah mengalami modifikasi struktur, dan (3) mengidentifikasi polinator dari bunga tersebut.

Krisan PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada bunga krisan memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe dengan perbesaran 30x
b. Pinset
c. Gunting/Silet/Cutter
d. Pinset
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Bunga sampel (bunga krisan) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari bunga tersebut diamati.
c. Selanjutnya, bagian dari bunga tersebut diberi keterangan, seperti: tangkai bunga, petal, stigma, stamen dan lain sebagainya.
d. Alat bantu loupe dengan perbesaran 30x digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu yang kecil.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi jenis perbungaan atau struktur modifikasi yang dimiliki bunga sampel tersebut.

I. PENGAMATAN STRUKTUR YANG TAMPAK DARI LUAR

Krisan II PSYCHESOUPE

    Bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan tumbuhan dari suku Asteraceae yang mempunyai karakteristik struktur bunga yang khas, yaitu memiliki penampilan bunga yang menyerupai bunga tunggal walaupun sebenarnya merupakan suatu bunga majemuk. Oleh sebab itu, bunga dari suku Asteraceae, sama seperti pada bunga matahari, bunga krisan juga memiliki julukan sebagai bunga pseudantium. Pseudo memiliki makna palsu dan anthium memiliki makna bunga tunggal, sehingga dapat diartikan sebagai bunga tunggal yang palsu karena sebenarnya adalah suatu perbungaan atau bunga majemuk. Bunga krisan memiliki polinator berupa lalat bunga, sehingga termasuk mempunyai polinator entomofili, yaitu polinator atau makhluk yang membantu proses polinasi berupa serangga. Polinator entomofili pun termasuk kedalam agen polinator yang biotik, karena agen tersebut merupakan makhluk hidup.


II. PENGAMATAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUNGA

    Bunga dari suku Asteraceae mempunyai karakter perbungaan atau bunga majemuk yang memiliki dua macam bunga berdasarkan posisi atau letaknya, yakni bunga tepi dan bunga tengah. Khususnya pada bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) memiliki bunga tepi berupa bunga pita dan bunga tengah berupa bunga tabung.

Krisan III PSYCHESOUPE

    Pada struktur bunga pita terdapat bagian yang berwarna putih yakni bagian yang paling besar disebut dengan korola. Selanjutnya pada bagian bawahnya terdapat bagian yang menyembul dengan rambut kecil dinamakan dengan stigma Kemudian pada bagian bawahnya terdapat bagian yang menyembul di sekeliling bawah korola dan stigma disebut dengan kaliks. Dan bagian berwarna putih yang terletak di paling bawah dari bunga pita adalah ovarium.

Krisan IV PSYCHESOUPE

    Pada struktur bunga tabung terdapat bagian berwarna hijau yang menyembul di bagian paling atas atau paling tengah, bagian tersebut dinamakan dengan stigma. Sementara itu dibawah stigma, bagian yang berwarna hijau seperti bentuk mahkota kecil yang menyelimuti stigma merupakan korola. Kemudian pada bagian bawahnya terdapat bagian yang menyembul di sekeliling bawah korola disebut dengan kaliks. Dan bagian berwarna putih yang terletak di paling bawah dari bunga pita adalah ovarium.

Krisan V PSYCHESOUPE

    Selain itu, bagian yang menampung bunga tepi dan bunga tengah disebut dengan reseptakel. Sementara bagian hijau yang menyelimuti reseptakel, , yang memiliki seperti daun-daun kecil hijau dinamakan dengan involukrum. Dibawah reseptakel tersebut barulah terdapat tangkai bunga.


III. KESIMPULAN

    Bunga krisan  (Chrysanthemum morifolium) merupakan bunga dari suku Asteraceae yang memiliki modifikasi struktur bunga yakni berupa tipe perbungaan atau bunga majemuk dengan tipe bunga pseudantium (bunga majemuk yang menyerupai bunga tunggal). Bunga krisan memiliki dua macam bunga berdasarkan posisinya yakni bunga tepi berupa bunga pita dan bunga tengah berupa bunga tabung. Bunga krisan memiliki polinator berupa lalat bunga (entomofili).


Daftar Pustaka

Iriawati; Suradinata, Tatang; Faisal, Ahmad. (2016). Praktikum Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-06

STRUKTUR MODIFIKASI : BUNGA KEMANGI

 

🐰🍒🥦 STUDI : BUNGA KEMANGI (EMBRIOLOGI TUMBUHAN)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk: (1) mengamati dan mengetahui struktur bagian-bagian bunga dari tumbuhan Labiateae tepatnya adalah bunga kemangi atau Ocimum sanctum L. , (2) mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh bunga kemangi yang telah mengalami modifikasi struktur, dan (3) mengidentifikasi polinator dari bunga tersebut.

Kemangi PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada bunga kemangi memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe dengan perbesaran 30x
b. Pinset
c. Gunting/Silet/Cutter
d. Pinset
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Bunga sampel (bunga kemangi) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari bunga tersebut diamati.
c. Selanjutnya, bagian dari bunga tersebut diberi keterangan, seperti: tangkai bunga, petal, stigma, stamen dan lain sebagainya.
d. Alat bantu loupe dengan perbesaran 30x digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu yang kecil.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi jenis perbungaan atau struktur modifikasi yang dimiliki bunga sampel tersebut.

I. PENGAMATAN STRUKTUR YANG TAMPAK DARI LUAR

Kemangi II PSYCHESOUPE

    Bunga kemangi (Ocimum sanctum L. ) merupakan tumbuhan Labiateae yang memiliki karakteristik bunga yang khas, yaitu memiliki penampilan bunga yang menyerupai bunga tunggal walaupun sebenarnya merupakan suatu perbungaan dengan membentuk suatu cluster. Oleh sebab itu, bunga kemangi memiliki julukan sebagai bunga verticillaster. Perbungaan verticillaster merupakan bunga majemuk yang menyerupai berkas semu atau karangan semu yaitu bunga berkas dengan bentuk struktur dichasium, yakni perbungaannya terletak pada lingkaran yang sebenarnya tersusun dari beberapa anak payung. Bunga kemangi memiliki polinator berupa lebah kayu, sehingga termasuk mempunyai polinator entomofili, yaitu polinator atau makhluk pembantu proses polinasi berupa serangga. Polinator entomofili pun termasuk kedalam agen polinator yang biotik, karena agen tersebut merupakan makhluk hidup.


II. PENGAMATAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUNGA

    Bunga tumbuhan Labiateae atau Lamiaceae mempunyai karakter perbungaan atau bunga majemuk. Khususnya pada bunga kemangi (Ocimum sanctum L. ) yang membentuk suatu cluster atau berkas semu atau karangan semu yang membentuk struktur dichasium.

Kemangi III PSYCHESOUPE

    Pada struktur bunga kemangi terdapat sekumpulan cluster. Sementara pada sampel pengamatan, hanya terdapat satu cluster saja. Bagian yang berwarna putih merupakan petal. Sementara benang putih yang menjulur keluar dari tengah petal merupakan stamen. Lalu, bagian yang berwarna hijau yang melingkupi petal merupakan sepal. Kumpulan sepal tersebut yang tumbuh di sekeliling tangkai bunga tampak membentuk satu cluster. 


III. KESIMPULAN

    Bunga kemangi (Ocimum sanctum L. ) merupakan bunga tumbuhan Labiateae yang memiliki modifikasi struktur bunga yakni berupa perbungaan atau bunga majemuk dengan tipe bunga verticillaster atau bunga yang membentuk suatu cluster. Bunga matahari memiliki polinator berupa lebah madu (entomofili).


Daftar Pustaka

Iriawati; Suradinata, Tatang; Faisal, Ahmad. (2016). Praktikum Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-04

STRUKTUR MODIFIKASI : BUNGA MATAHARI

 

🐰🍒🥦 STUDI : BUNGA MATAHARI (EMBRIOLOGI TUMBUHAN)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk: (1) mengamati dan mengetahui struktur bagian-bagian bunga dari tumbuhan suku Asteraceae tepatnya adalah bunga matahari atau Helianthus annuus, (2) mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh bunga matahari yang telah mengalami modifikasi struktur, dan (3) mengidentifikasi polinator dari bunga tersebut.

Matahari PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada bunga matahari memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe dengan perbesaran 30x
b. Pinset
c. Gunting/Silet/Cutter
d. Pinset
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Bunga sampel (bunga matahari) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari bunga tersebut diamati.
c. Selanjutnya, bagian dari bunga tersebut diberi keterangan, seperti: tangkai bunga, petal, stigma, stamen dan lain sebagainya.
d. Alat bantu loupe dengan perbesaran 30x digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu yang kecil.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi jenis perbungaan atau struktur modifikasi yang dimiliki bunga sampel tersebut.

I. PENGAMATAN STRUKTUR YANG TAMPAK DARI LUAR

    Bunga matahari (Helianthus annuus) merupakan tumbuhan dari suku Asteraceae yang memiliki karakteristik bunga yang khas, yaitu memiliki penampilan bunga yang menyerupai bunga tunggal walaupun sebenarnya merupakan suatu perbungaan. Oleh sebab itu, bunga dari suku Asteraceae atau lebih tepatnya bunga matahari memiliki julukan sebagai bunga pseudantium. Pseudo yang bermakna palsu dan anthium yang bermakna bunga tunggal, jadi dapat diartikan bunga tunggal yang palsu karena sebenarnya adalah perbungaan atau bunga majemuk. Bunga matahari memiliki polinator berupa lebah madu, sehingga termasuk mempunyai polinator entomofili, yaitu polinator atau makhluk pembantu proses polinasi berupa serangga. Polinator entomofili pun termasuk kedalam agen polinator yang biotik, karena agen tersebut merupakan makhluk hidup.


II. PENGAMATAN STRUKTUR BAGIAN DALAM BUNGA

    Bunga dari suku Asteraceae mempunyai karakter perbungaan atau bunga majemuk yang memiliki dua macam bunga berdasarkan posisi atau letaknya, yakni bunga tepi dan bunga tengah. Khususnya pada bunga matahari (Helianthus annuus) memiliki bunga tepi berupa bunga pita dan bunga tengah berupa bunga tabung.

Matahari II PSYCHESOUPE

    Pada struktur bunga pita terdapat bagian yang berwarna kuning yakni bagian yang paling mencolok dari bunga matahari yang disebut dengan korola. Kemudian pada bagian bawahnya terdapat bagian yang menyembul di sekeliling bawah korola disebut dengan kaliks. Dan bagian berwarna putih yang terletak di paling bawah dari bunga pita adalah ovarium.

Matahari III PSYCHESOUPE

    Pada struktur bunga tabung terdapat bagian yang menyembul di bagian paling atas dengan bentuk yang seperti antena melengkung, bagian tersebut dinamakan dengan stigma, di bagian stigma tersebut pun terdapat pula butiran-butiran polen berwarna kuning yang melekat. Sementara itu dibawah stigma, bagian yang berwarna hitam merupakan stamen. Sedangkan bagian berwarna kuning yang menyelimuti stamen dinamakan dengan korola. Kemudian pada bagian bawahnya terdapat bagian yang menyembul di sekeliling bawah korola disebut dengan kaliks. Dan bagian berwarna putih yang terletak di paling bawah dari bunga pita adalah ovarium.

Matahari IV PSYCHESOUPE

    Selain itu, bagian yang menampung bunga tepi dan bunga tengah disebut dengan reseptakel. Sementara bagian hijau yang menyelimuti reseptakel, , yang memiliki seperti daun-daun kecil hijau dinamakan dengan involukrum.Dibawah reseptakel tersebut barulah terdapat tangkai bunga. 


III. KESIMPULAN

    Bunga matahari (Helianthus annuus) merupakan bunga dari suku Asteraceae yang memiliki modifikasi struktur bunga yakni berupa perbungaan atau bunga majemuk dengan tipe bunga berbentuk pseudantium (bunga majemuk yang menyerupai bunga tunggal). Bunga matahari memiliki dua macam bunga berdasarkan posisinya yakni bunga tepi berupa bunga pita dan bunga tengah berupa bunga tabung. Bunga matahari memiliki polinator berupa lebah madu (entomofili).


Daftar Pustaka

Iriawati; Suradinata, Tatang; Faisal, Ahmad. (2016). Praktikum Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-03

KUNCI IDENTIFIKASI OSTEICHTHYES : IKAN SEPAT (PISCES)

 

🐙🌼🍋 STUDI : IKAN SEPAT (PISCES)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk mengetahui  penggolongan sampel pisces (ikan sepat) dengan berdasarkan pengamatan terhadap struktur maupun ciri morfologi yang dimiliki sampel, serta mengidentifikasikan sampel pisces yang berupa ikan sepat berdasarkan ciri-ciri pada kunci identifikasi dan juga menentukan nama jenis atau nama ilmiahnya dalam taksa tertentu.

Ikan Sepat PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada ikan sepat memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe
b. Penggaris
c. Kaliper
d. Pinset
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Ikan sampel (sepat) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari ikan sampel tersebut diamati.
c. Selanjutnya, bagian ikan dari tersebut diberi keterangan, seperti: mulut, celah insang, sirip punggung depan, sirip punggung belakang, dan lain sebagainya.
d. Alat banti loupe digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu seperti sirip, sisik, celah insang dan lain sebagainya.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi, yakni dengan menggunakan kunci identifikasi famili atau ordo yang telah disediakan.

I. PENGUKURAN TUBUH SAMPEL

    Penggaris dibutuhkan untuk mengukur panjang dari bagian tubuh ikan sedangkan kaliper dibutuhkan untuk mengukur ketebalan tubuh ikan. Setelah diukur, maka hasil pengukuran dicatat sebagai berikut.

Hasil pengukuran:
a. Panjang keseluruhan = 7,7 cm
b. Panjang kepala = 1,2 cm
c. Panjang dari insang ke pangkal ekor = 5 cm
d. Panjang ekor = 1,5 cm
e. Ketebalan tubuh = 0,7 cm

note: panjang dari insang ke pangkal ekor merupakan panjang linea lateralis.


II. IDENTIFIKASI MORFOLOGI

    Identifikasi morfologi dilakukan dengan mengamati struktur ikan secara langsung maupun dengan bantuan loupe (agar terlihat lebih jelas).

Ikan Sepat II PSYCHESOUPE

    Ikan sepat memiliki lima buah sirip, yakni sirip dada (pinnae pectoralis), sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis) , sirip dubur (pinnae analis), serta sirip perut (pinnae ventralis). Terdapat ciri khas pada sirip perut yang berbentuk filamen dan bersifat angular, yaitu letaknya berada di dekat kepala. Sementara, sirip ekornya memiliki bentuk homocercal. Dan memiliki ciri lain berupa sirip dorsal yang lebih panjang dari sirip anal. Pada bagian celah insang apabila diamati bagian dalamnya maka terdapat organ bernama labyrinth yang merupakan alat bantu pernapasan ikan sepat. Pada linea lateralis atau gurat sisi terdapat susunan sisik yang berjumlah 50-an. Ikan sepat memiliki bentuk sisik berupa cycloid. Pada sirip dorsal terdapat jari-jari keras dan lunak yang apabila dirumuskan menjadi D.VI.7 dengan artian jari-jari keras sirip dorsal berjumlah 6 dan jari-jari lunak sirip dorsal berjumlah 7. 

Ikan Sepat III PSYCHESOUPE

    Pada bagian kepala terdapat mata bulat tanpa kelopak, lubang hidung dan mulut. Dengan mulut yang memiliki gigi hanya pada bagian sisi mulut bawahnya saja. Sedangkan pada bagian atas mulut tidak terdapat gigi.


III. KUNCI IDENTIFIKASI

Kunci Identifikasi Ikan Bertulang (Ordo):

1.b (kepala, badan, dan ekor berbentuk simetris, serta terdapat mata yang terletak pada kedua sisi kepala), 2.b (terdapatnya sirip perut atau pinnae ventralis), 6.b (sirip perut memiliki bentuk thoracal atau angular), 13.a (sirip perut dengan satu spina dan terdapat lima jari-jari lunak), 14.a (mempunyai alat labyrinth).

    Sehingga dapat disimpulkan Ikan Sepat memiliki ordo: Perciformes (Anabantoidei).

Kunci Identifikasi Genus/Spesies (dalam Famili: Anabantidae)

    Famili Anabantidae pada umumnya memiliki badan pipih bilateral. Ikan bersisik sisir dengan sirip perut yang memiliki sebuah spina, serta hanya terdapat kurang dari 6 jari-jari lunak pada sirip perut tersebut, ataupun sirip perutnya mengalami modifikasi sehingga berbentuk filamen atau seperti bentuk rambut panjang. Ikan Famili Anabantidae mempunyai organ labyrinth. Selain itu memiliki ciri sirip punggung dan sirip dubur berspina.

1.a (sirip punggung lebih panjang dari pada sirip dubur), 2.b (tidak terdapat gigi pada langit-langit mulut, terdapat jari-jari sirip perut terluar memanjang dan berbentuk filamen), 3.a (sirip perut merupakan filamen, gurat sisi tidak ada).

    Sehingga dapat disimpulkan Ikan Sepat memiliki nama spesies: Trichogaster pectoralis (sepat).

IV. KLASIFIKASI ILMIAH

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Famili: Anabantoidei

Genus: Trichogaster

Spesies: Trichogaster pectoralis


V. KESIMPULAN

    Ikan sepat memiliki ciri yang khas yakni terdapatnya organ yang membantu alat pernapasan berupa labyrinth dan memiliki sirip dada atau pinnae pectoralis yang berupa bentuk filamen (seperti rambut panjang) pada kedua belah sisi tubuhnya. Terakhir, setelah dilakukan penelusuran kunci identifikasi, maka diketahui bahwa ikan sepat memiliki nama ilmiah Trichogaster pectoralis.


Daftar Pustaka

Rosadi, Bayu dan Hurip Pratomo. (2010). Praktikum Taksonomi Vertebrata. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. 
 
COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-02

KUNCI IDENTIFIKASI OSTEICHTHYES: IKAN MUJAIR (PISCES)

 
🐙🌼🍋 STUDI : IKAN MUJAIR (PISCES)

    Pembelajaran ini bertujuan untuk mengetahui  penggolongan sampel pisces (ikan mujair) dengan berdasarkan pengamatan terhadap struktur maupun ciri morfologi yang dimiliki sampel, serta mengidentifikasikan sampel pisces yang berupa ikan mujair berdasarkan ciri-ciri pada kunci identifikasi dan juga menentukan nama jenis atau nama ilmiahnya dalam taksa tertentu.

Ikan Mujair PSYCHESOUPE

    Metodologi pembelajaran struktur dan morfologi pada ikan mujair memerlukan beberapa alat, yakni:
a. Loupe
b. Penggaris
c. Kaliper
d. Pinset
e. Meja alas

    Metodologi pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Ikan sampel (mujair) dijajarkan di atas meja alas.
b. Morfologi secara lengkap dari ikan sampel tersebut diamati.
c. Selanjutnya, bagian ikan dari tersebut diberi keterangan, seperti: mulut, celah insang, sirip punggung depan, sirip punggung belakang, dan lain sebagainya.
d. Alat banti loupe digunakan untuk memperjelas pengamatan.
e. Alat bantu seperti pinset digunakan untuk memegang dan membuka bagian-bagian tertentu seperti sirip, sisik, celah insang dan lain sebagainya.
f. Selanjutnya melakukan identifikasi, yakni dengan menggunakan kunci identifikasi famili atau ordo yang telah disediakan.


I. PENGUKURAN TUBUH SAMPEL

    Penggaris dibutuhkan untuk mengukur panjang dari bagian tubuh ikan sedangkan kaliper dibutuhkan untuk mengukur ketebalan tubuh ikan. Setelah diukur, maka hasil pengukuran dicatat sebagai berikut.

Hasil pengukuran:
a. Panjang keseluruhan = 18 cm
b. Panjang kepala = 5 cm
c. Panjang dari insang ke pangkal ekor = 9,5 cm
d. Panjang ekor = 3,5 cm
e. Ketebalan tubuh = 2,79 cm

note: panjang dari insang ke pangkal ekor merupakan panjang linea lateralis.


II. IDENTIFIKASI MORFOLOGI

    Identifikasi morfologi dilakukan dengan mengamati struktur ikan secara langsung maupun dengan bantuan loupe (agar terlihat lebih jelas).

Ikan Mujair II PSYCHESOUPE

    Ikan mujair memiliki lima buah sirip, yakni sirip dada (pinnae pectoralis), sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis) , sirip dubur (pinnae analis), serta sirip perut (pinnae ventralis). Sirip perut bersifat thoracal, yaitu letaknya agak kedepan. Sementara, sirip ekornya memiliki bentuk homocercal. Pada sirip dorsal terdapat jari-jari keras dan lunak yang apabila dirumuskan menjadi D.XVII.13 dengan artian jari-jari keras sirip dorsal berjumlah 17 dan jari-jari lunak sirip dorsal berjumlah 13. Sementara, pada sirip anal terdapat jari-jari keras dan lunak yang apabila dirumuskan menjadi A.III.9 dengan artian jari-jari keras sirip dorsal berjumlah 3 dan jari-jari lunak sirip dorsal berjumlah 9. Pada gurat sisi atau linea lateralis terdapat susunan sisik sebanyak 30 buah. 

Ikan Mujair III PSYCHESOUPE

    Pada bagian kepala terdapat susunan mata bulat tanpa kelopak, lubang hidung dan mulut yang simetris. Mata pun terdapat pada dua bagian sisi kepala. Mulutnya memiliki gigi pada kedua bagian sisi mulut (atas dan bawah). pada celah insang, apabila diamati maka terlihat ikan mujair memiliki insang ganda/dua.


III. KUNCI IDENTIFIKASI

Kunci Identifikasi Ikan Bertulang (Ordo):

1.b (kepala, badan, dan ekor berbentuk simetris, serta terdapat mata yang terletak pada kedua sisi kepala), 2.b (terdapatnya sirip perut atau pinnae ventralis), 6.b (sirip perut memiliki bentuk thoracal atau angular), 13.a (sirip perut dengan satu spina dan terdapat lima jari-jari lunak), 14.b (tidak mempunyai alat labyrinth), 15.b (sirip perut biasa, tak pernah membentuk mangkuk penghisap).

    Sehingga dapat disimpulkan Ikan Mujair memiliki ordo: Perciformes (Percoidei).

IV. KLASIFIKASI ILMIAH

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Famili: Percoidei


V. KESIMPULAN

    Ikan mujair memiliki ciri yang umum seperti kebanyakan ikan, yakni terdapat 5 buah sirip dan gurat sisi. Sirip perutnya bersifat thoracal yakni letaknya agak menjorok ke depan/ke arah kepala. Ikan mujair memiliki insang ganda atau dua insang. Sisik ikan mujair sampel berwarna hitam, keabuan sampai keemasan pada beberapa bagian tubuh. Terakhir, setelah dilakukan penelusuran kunci identifikasi, maka diketahui bahwa mujair termasuk ke dalam famili Percoidei. 


Daftar Pustaka

Rosadi, Bayu dan Hurip Pratomo. (2010). Praktikum Taksonomi Vertebrata. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

 COPYRIGHT © 2022 |PSYCHESOUPE

2022-03-01

EMBRIOLOGI TUMBUHAN - REPRODUKSI JANTAN DAN BETINA PADA TUMBUHAN

 

🐏🎀🍀 LAPORAN PRAKTIKUM :
REPRODUKSI JANTAN DAN BETINA PADA TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN  

1. Latar Belakang

    Proses reproduksi yang terjadi pada bunga terdapat pada dua bagian sporofit tumbuhan, yakni kepala sari (anther) dan bakal biji (ovulum). Pada anthera (kepala sari) terjadi proses pembentukan mikrospora secara meiosis dan disebut dengan mikrosporogenesis. Proses tersebut kemudian diikuti dengan pembelahan mitosis (mikrogametogenesis) untuk pembentukan gametofit jantan atau polen. Gametofit jantan menghasilkan gamet jantan atau sperma. Anther umumnya mengandung empat buah kantung polen berpasangan pada dua teka yang dihubungkan dengan konektivum.

    Proses pembentukan gamet betina berjalan di dalam bakal biji, yang diawali oleh proses megasporogenesis (melalui pembelahan meiosis) untuk menghasilkan megaspora dan kemudian diikuti dengan beberapa kali pembelahan mitosis (megagametogenesis) untuk membentuk gametofit betina atau kantung embrio.

    Struktur dari akal biji terdiri atas nuselus yang dikelilingi oleh satu atau dua buah integumen serta terdapat pula tangkai bakal biji atau funikulus yang menghubungkan bakal biji tersebut dengan plasenta. Integumen akan membentuk pori kecil yang dinamakan mikropil. Tempat integumen bersatu dengan funikulus disebut dengan kalaza.

2. Tujuan

a. Mengamati struktur anther dan perkembangan polen pada tumbuhan lilium sp.
b. Mengamati struktur bakal biji (ovulum) pada tumbuhan lilium sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA

    Pada tumbuhan, sebelum terjadi proses pembuahan (fertilisasi) , maka lebih dahulu terjadi proses penyerbukan/persarian (polinasi ). Pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae), penyerbukan merupakan peristiwa jatuh dan melekatnya serbuk sari pada kepala putik. Sementara pada tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae), penyerbukan merupakan proses melekatnya serbuk sari langsung pada bakal biji. Tumbuhan berumah satu adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tumbuhan (Aryulina 2007 : 36).

    Pada umumnya, siklus reproduksi dari kelompok Angiospermae melibatkan fase sporofit dan gametofit. Pada fase sporofit, terjadi proses pertumbuhan organ-organ tumbuhan yang utama seperti akar, batang, dan daun. Kemudian memasuki fase gametofit, akan terjadi morfogenesis bunga yang diinduksi oleh keadaan internal dan eksternal tumbuhan. Struktur reproduksi seperti bunga akan menghasilkan mikrospora atau makrospora. Selanjutnya, dalam fase gametofit pada angiospermae dapat dikaji dari makrospora dan mikrosporanya. Pada gamet jantan (mikrospora) terdapat dua inti haploid dan selanjutnya akan berkembang menjadi inti yang akan bergabung dengan sel telur atau membuat tabung polen. Sementara, pada gametofit betina, di dalam megaspora terdapat delapan inti sel: dua inti polar, tiga inti antipodal, dua inti sinergid, dan satu inti sel telur (Reece et al., 2014).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

a. Preparat anthera dari tumbuhan lilium
b. Mikroskop atau loupe
c. Silet
d. Pinset
e. Jarum jara

2. Tahapan kerja

a. Bagian penampang melintang dari anthera pada tumbuhan lilium diperhatikan dan dipelajari bagian-bagiannya, kemudian diidentifikasikan bagian tersebut.
b. Perkembangan sel induk mikrospora sampai terjadinya pembentukan sel generatif diamati dan dipelajari.
c. Bagian-bagian dari gambar stadium-stadium pada proses mikrogametogenesis diamati dan dipelajari.
d. Bagian pada bagan dipelajari, kemudian identifikasi bagian tersebut pada foto /slide ('preparat').
c. Bagian penampang melintang ovarium lilium diperhatikan dan dipelajari, kemudian identifikasi bagian-bagiannya.
f. Perkembangan sel induk megaspora sampai terjadinya pembentukan sel telur yang siap dibuahi diamati dan dipelajari.
g. Bagian-bagian dari gambar stadium-stadium pada proses makrogametogenesis dipahami dan dipelajari.
h. Bagian pada bagan dipelajari, kemudian identifikasi bagian tersebut pada foto / slide ('preparat').

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

Reproduksi Tumbuhan PSYCHESOUPE

Reproduksi Tumbuhan II PSYCHESOUPE

Reproduksi Tumbuhan III PSYCHESOUPE

Reproduksi Tumbuhan IV PSYCHESOUPE

2. Pembahasan

    Praktikum reproduksi jantan dan betina pada tumbuhan bertujuan untuk mempelajari perkembangan polen dan proses mikrosporogenesis berserta mikrogametogenesis maupun megasporogenesis beserta megagametogenesis. Bahan yang digunakan preparat anthera dari tumbuhan Lilium sp.

    Mikrosporogenesis berlangsung pada bagian anthera, yang mana anthera tersebut terdiri 4 mikrosporongia (4 lokuli). Mikrosporangia dilindungi beberapa lapisan dinding yaitu epidermis endotesium, lapisan tengah dan tapetum. Pada bagian lokulomentum terdapat suatu jaringan meristematik yang dinamakan dengan jaringan arkesporium. Jaringan arkesporium tersebut berfungsi untuk menghasilkan sel sporogen primer dan sel parietal primer. Sementara, sel sporogen primer berfungsi sebagai sel induk spora. Dalam anthera terdapat sekelompok sel induk mikrospora yang akan mengalami proses meiosis, masing-masing menghasilkan empat mikrospora. Pada pembelahan meiosis I terbentuk dinding yang memisahkan dua inti, sehingga membentuk stadium 2 sel (diad). Sedangkan pada stadium meiosis II, dinding pemisah dibentuk dengan cara yang sama, sehingga membetuk serbuk sari tetrad yang bertipe isobilateral. Pada periode pematangan, masing-masing butir mikrospora tersebut kemudian berkembang menjadi butir polen yang memiliki dinding sel berlapis dua, terdiri atas eksin di bagian luar dan intin sebelah dalam. Eksin pada umumnya mempunyai pola dinding yang amat khas bagi spesies yang bersangkutan. Pada saat dewasa, seluruh anther akan dipenuhi oleh mikrospora/polen, sehingga kedua rongga di setiap teka akan bersatu menjadi kantung polen yang besar. Kemudian, polen ke luar dari anther melewati celah atau port ujung anther atau dengan adanya celah pada dinding lateral anthera. Inti serbuk sari atau polen akan membelah menjadi sel vegetatif dan sel generatif. Dengan ukuran sel vegetatif lebih besar dibanding sel generatif. Selanjutnya sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan 2 sel sperma.

    Pada bagian ovarium terdapat ruang ovarium (lokulimentum) dengan dua atau lebih ovulum (bakal biji). Sementara, pada tiap-tiap ovulum terdiri dari nuselus, integumen, khalaza, rafe dan funikulus. Salah satu sel nuselus menjadi sel arkesporium atau yang diketahui juga dengan sekelompok sel hipodermis. Sel arkesporium tersebut bergerak ke arah dalam akan menghasilkan sel sporogen primer sementara ke arah luar akan menghasilkan sel parietal primer. Sel sporogen tersebut mempunyai fungsi sebagai sel induk megaspora. Umumnya hanya ada sebuah sel induk megaspora yang terbentuk di dalam setiap nuselus. Sel induk megaspora akan mengalami meiosis yang kemudian diikuti dengan pembentukan dinding di sekeliling masing-masing inti dari keempat megaspora haploid yang terjadi. Umumnya keempat megaspora tersebut tersusun dalam tetrad yang linier, ketiga megaspora yang berdekatan dengan mikropil umumnya akan berdegenerasi, sementara satu megaspora yang berdekatan dengan kalaza (berlokasi paling bawah) tetap bertahan membentuk megagametofit. Megagametofit akan mengalami tiga kali proses pembelahan mitosis tanpa diikuti sitokinesis dan menghasilkan gametofit betina yang mengandung 8 inti sel bebas, yakni; dua inti polar di bagian tengah, tiga inti kutub kalaza yang nantinya akan berkembang menjadi sel antipodal, dan tiga inti di bagian mikropil akan membentuk aparatus telur, yang terdiri atas sel telur dan dua sel sinergid.

V. KESIMPULAN

    Proses reproduksi pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yakni reproduksi jantan yang disebut dengan mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis, serta reproduksi betina yang disebut dengan megasporogenesis dan megagametogenesis.

    Berdasarkan praktikum yang dilakukan, yakni pengamatan proses reproduksi jantan maupun betina pada preparat anthera dari tumbuhan Lilium telah diketahui bahwa pada proses mikrosporogenesis dilakukan dengan secara meiosis untuk menghasilkan mikrospora dan mikrogametogenesis dilakukan secara mitosis untuk menghasilkan gametofit jantan. Sementara, proses megasporogenesis dilakukan secara meiosis untuk menghasilkan megaspora dan megagametogenesis dilakukan secara meiosis kemudian diikuti dengan tiga kali pembelahan mitosis untuk menghasilkan gametofit betina.


Daftar Pustaka

Aryulina, Diah. (2007). Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis.

Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar. (1978). The Embriology of Angiosperm. New Delhi: Vikas Publishing House Ltd.

Iriawati; Suradinata, Tatang; Faisal, Ahmad. (2016). Praktikum Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Iriawati; Suradinata, Tatang; Wardhini, Trimurti. (2014). Embriologi Tumbuhan. Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Johri, B. M (ed). (1984). Embriology of Angiosperm. New York: Mc. Graw Hill Books Company.

Reece, Jane B., Wasserman, Steven A., Urry, Lisa A., Minorsky, Peter V., Cain, Michael L., Jackson, Robert B. (2014). Campbell Biology. Tenth Edition. Boston: Pearson Eduation Inc.

 

STRUKTUR BIJI KACANG HIJAU

  🐰🍒🥦 STUDI : BIJI KACANG HIJAU (EMBRIOLOGI TUMBUHAN)     Pembelajaran ini bertujuan untuk: (1) mengamati dan mengetahui struktur dari b...